09.50
DIKY KURNIAWAN
MILAN - Italia dan Perancis pada Jumat (8/4/2011) menyepakati sebuah upaya patroli bersama di pantai Tunisia membendung gelombang migran dari Afrika Utara yang menuju Eropa, kata Menteri Dalam Negeri Italia, Roberto Maroni.
Kesepakatan tersebut adalah sebuah langkah perdamaian pertama dari kedua negara, setelah sebelumnya sempat bertikai terkait penanganan ribuan migran yang sebagian besar berasal dari Tunisia dan mendarat di pulau Lampedusa, Italia. Banyak dari para migran tersebut mengharapkan untuk pindah ke Perancis.
"Dalam rangka mendorong program Uni Eropa dalam memberantas migrasi ilegal, kami telah mencapai sebuah kesepakatan dengan Perancis guna melakukan patroli bersama di pantai Tunisia, sehingga dapat menghambat pemberangkatan migran dari sana," kata Maroni dalam jumpa pers yang digelar setelah pertemuannya dengan Menteri Dalam Negeri Perancis, Claude Gueant, di Milan.
Roma telah berjanji untuk memberikan izin tinggal sementara bagi para migran tersebut, sehingga memungkinkan mereka untuk pergi secara bebas ke Perancis atau negara Eropa lainnya, sesuai dengan kesepakatan Shengen terkait kebebasan berpindah.
Langkah tersebut memicu reaksi keras dari pemerintah tengah-kanan Perancis, yang telah berupaya untuk memulangkan kembali para migran yang menyeberang ke Perancis dari Italia. Maroni pada Kamis mengatakan sikap Perancis itu memusuhi Italia dan melanggar kesepakatan Uni Eropa.
Gueant pada Jumat menegaskan hanya pendatang yang memiliki dokumen lengkap serta keadaan ekonomi baiklah yang akan diizinkan tetap berada di tanah Perancis. "Konvensi Shengen akan diterapkan secara ketat," katanya.
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dijadwalkan bertemu di Roma pada 26 April, dengan imigrasi dari Afrika Utara diharapkan menjadi agenda terpenting dalam pembicaraan keduanya kelak.
Kesepakatan tersebut adalah sebuah langkah perdamaian pertama dari kedua negara, setelah sebelumnya sempat bertikai terkait penanganan ribuan migran yang sebagian besar berasal dari Tunisia dan mendarat di pulau Lampedusa, Italia. Banyak dari para migran tersebut mengharapkan untuk pindah ke Perancis.
"Dalam rangka mendorong program Uni Eropa dalam memberantas migrasi ilegal, kami telah mencapai sebuah kesepakatan dengan Perancis guna melakukan patroli bersama di pantai Tunisia, sehingga dapat menghambat pemberangkatan migran dari sana," kata Maroni dalam jumpa pers yang digelar setelah pertemuannya dengan Menteri Dalam Negeri Perancis, Claude Gueant, di Milan.
Roma telah berjanji untuk memberikan izin tinggal sementara bagi para migran tersebut, sehingga memungkinkan mereka untuk pergi secara bebas ke Perancis atau negara Eropa lainnya, sesuai dengan kesepakatan Shengen terkait kebebasan berpindah.
Langkah tersebut memicu reaksi keras dari pemerintah tengah-kanan Perancis, yang telah berupaya untuk memulangkan kembali para migran yang menyeberang ke Perancis dari Italia. Maroni pada Kamis mengatakan sikap Perancis itu memusuhi Italia dan melanggar kesepakatan Uni Eropa.
Gueant pada Jumat menegaskan hanya pendatang yang memiliki dokumen lengkap serta keadaan ekonomi baiklah yang akan diizinkan tetap berada di tanah Perancis. "Konvensi Shengen akan diterapkan secara ketat," katanya.
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dijadwalkan bertemu di Roma pada 26 April, dengan imigrasi dari Afrika Utara diharapkan menjadi agenda terpenting dalam pembicaraan keduanya kelak.
Posted by : kurtdickblog.blogspot.com
Subscribe
Follow me!
0 komentar:
Posting Komentar